Salah satu tugas dari MK.Kreativitas adalah membuat "masterpiece" yaitu karya dari individu. awalnyha, saya bingung ingin membuat apa, banyak hal yang trepikir di benak saya dan pernah membuat beberapa barang yang pada akhirnya gagal. Lalu, ketika saya membongkar gudang saya menemukan ada lampu hiasan natal yang tidak terpakai, kemudian saya berfikir agak lama apa yaa yang bisa dibuat dari lampu hiasan natal ini?? kemudian saya mendapat insight gimana kalau membuat lampu tidur. kenapa saya membuat lampu tidur?? karena saya sangat sering tidur tanpa lampu yang terang dan memang suka dengan semua jenis lampu tidur yang unik. tetapi saya bingung, dengan cara apa supaya lampu hiasan natal ini trelihat semakin unik dan keren. Kemudian saya membuka dan mencari dari berbagai sumber untuk menginspirasi saya, lalu syaa tertarik dengan lampu tidur yang sekarang lagi nge-hits yaitu lampu tidur dari bola pingpong. dan lampu tidur ini juga akan saya berikan sebagai gift untuk sahabat saya yang akan berulang tahun ( biar hemat juga ).
Berikut alat dan bahannya :
1. lampu hiasan natal yang sudah tidak terpakai yang warna-warni
2. bola pingpong
3. cutter atau paku tembok.
Cara membuat :
1. buat lubang kecil pada bola pingpong dengan menggunakan cutter atau paku tembok
2. masukkan lampu ke dalam bola pingpong yang sudah dilubangi.
3. selesai!!
so simple kan???
mau coba?? silahkan buat sendiri dan semoga menginspirasi kita semua...
Rabu, 26 November 2014
Jumat, 24 Oktober 2014
Konsep Tugas Akhir Kreativitas
Dinda Rizvina Nasution 111301007
Puspa A. Tantri 111301102
Rizki Hasanah 111301029
Eva Brahmana 111301126
M. Rizki Nugroho 111301062
Adapun konsep mengenai karya yang akan kami tampilkan nanti jika dikaitkan dengan empat tahap proses kreativitas (Wallas, 1926), yakni:
Tahap I (Persiapan)
-Mempersiapkan diri menyelesaikan masalah
Beberapa hari setelah mendapatkan tugas kelompok untuk membuat suatu karya yang nantinya akan ditampilkan sehabis Ujian Tengah Semester (UTS), kami memutuskan untuk merundingkan/mendiskusikan kira-kira apa yang akan kami tampilkan.
-Mencari dan menghimpun data atau informasi
Di tahap ini, kami mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas ini. Adapun hal-hal tersebut yakni, kami bebas menampilkan apa saja, dapat berbau penampilan ataupun berbentuk sebuah produk. Sebelum menampilkan tugas ini, pada tanggal 24 Oktober kami diwajibkan memposting bagaimana konsep kami nantinya. Setelah itu, kami memutuskan untuk berdiskusi guna menetapkan penampilan apa yang akan kami persembahkan kelak.
Tahap II (Inkubasi)
Ketika kami belum dapat keputusan apa yang akan ditampilkan, kami memutuskan untuk mendiamkan informasi itu sejenak.
Tahap III (Iluminasi)
Setelah berdiam diri, akhirnya salah satu anggota kelompok mendapatkan insight yaitu ingin membuat film kartun (animasi) yang kemudian diperkuat oleh anggota kelompok lainnya dengan memberikan masukan agar dalam film tersebut mengandung nilai-nilai moral dan edukasi.
Tahap IV (Verifikasi)
Akhirnya kelompok pun memutuskan untuk menampilkan film kartun (animasi) yang bukan sekedar hiburan semata namun juga memberikan nilai-nilai moral dan edukasi pada tiap penontonya.
Ketika individu ataupun kelompok memutuskan untuk membuat ataupun melakukan sesuatu pastinya ada yang melatarbelakangi mereka dalam proses pembuatannya. Kami mencoba mengemukakan latar belakang mengapa pada akhirnya kami tetapkan untuk membuat sebuah film kartun.
Latar Belakang
Televisi merupakan salah satu sumber informasi bagi tiap kalangan, termasuk di dalamnya anak-anak. Informasi-informasi yang disiarkan di televisi seharusnya dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penikmatnya. Anak-anak yang sedang berada dalam tahap eksplorasi sangat mudah untuk menginternalisasi apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan, salah satunya dari apa yang mereka lihat di televisi.
Dewasa ini, acara-acara yang disiarkan oleh televisi kurang menggambarkan sesuatu yang dapat diteladani oleh anak-anak, sebut saja acara Ganteng Ganteng Srigala, Manusia Harimau, Superboy, Bastian Steel, Cakep Cakep Sakti dan masih banyak yang lainnya, yang secara kontennya menurut kami tidak mencerminkan nilai-nilai moral dan edukasi. Sayangnya, rata-rata tayangan televisi zaman sekarang adalah acara-acara seperti ini, sehingga anak-anak tidak lagi mendapatkan sesuatu yang seharusnya mereka dapatkan. Misalkan saja, banyak-anak-anak yang menerapkan apa yang mereka lihat di televisi, seperti tragedi di Bukit Tinggi; seorang anak SD menyiksa temannya sendiri, ada juga kasus anak SD berciuman di dalam kelas.
Hal tersebut memancing kami untuk membuat sebuah karya yang dapat dinikmati oleh anak-anak juga dapat menanamkan nilai-nilai moral serta memberikan edukasi pada mereka. Karya yang akan kami buat adalah sebuah film kartun (animasi) yang kami rancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai-nilai moral dan edukasi. Adapun film kartun (animasi) ini merupakan kumpulan dari banyak foto yang kami ubah menjadi video stop motion.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila terdapat salah pengucapan atau pun kata-kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Terima kasih.
Puspa A. Tantri 111301102
Rizki Hasanah 111301029
Eva Brahmana 111301126
M. Rizki Nugroho 111301062
Adapun konsep mengenai karya yang akan kami tampilkan nanti jika dikaitkan dengan empat tahap proses kreativitas (Wallas, 1926), yakni:
Tahap I (Persiapan)
-Mempersiapkan diri menyelesaikan masalah
Beberapa hari setelah mendapatkan tugas kelompok untuk membuat suatu karya yang nantinya akan ditampilkan sehabis Ujian Tengah Semester (UTS), kami memutuskan untuk merundingkan/mendiskusikan kira-kira apa yang akan kami tampilkan.
-Mencari dan menghimpun data atau informasi
Di tahap ini, kami mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas ini. Adapun hal-hal tersebut yakni, kami bebas menampilkan apa saja, dapat berbau penampilan ataupun berbentuk sebuah produk. Sebelum menampilkan tugas ini, pada tanggal 24 Oktober kami diwajibkan memposting bagaimana konsep kami nantinya. Setelah itu, kami memutuskan untuk berdiskusi guna menetapkan penampilan apa yang akan kami persembahkan kelak.
Tahap II (Inkubasi)
Ketika kami belum dapat keputusan apa yang akan ditampilkan, kami memutuskan untuk mendiamkan informasi itu sejenak.
Tahap III (Iluminasi)
Setelah berdiam diri, akhirnya salah satu anggota kelompok mendapatkan insight yaitu ingin membuat film kartun (animasi) yang kemudian diperkuat oleh anggota kelompok lainnya dengan memberikan masukan agar dalam film tersebut mengandung nilai-nilai moral dan edukasi.
Tahap IV (Verifikasi)
Akhirnya kelompok pun memutuskan untuk menampilkan film kartun (animasi) yang bukan sekedar hiburan semata namun juga memberikan nilai-nilai moral dan edukasi pada tiap penontonya.
Ketika individu ataupun kelompok memutuskan untuk membuat ataupun melakukan sesuatu pastinya ada yang melatarbelakangi mereka dalam proses pembuatannya. Kami mencoba mengemukakan latar belakang mengapa pada akhirnya kami tetapkan untuk membuat sebuah film kartun.
Latar Belakang
Televisi merupakan salah satu sumber informasi bagi tiap kalangan, termasuk di dalamnya anak-anak. Informasi-informasi yang disiarkan di televisi seharusnya dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penikmatnya. Anak-anak yang sedang berada dalam tahap eksplorasi sangat mudah untuk menginternalisasi apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan, salah satunya dari apa yang mereka lihat di televisi.
Dewasa ini, acara-acara yang disiarkan oleh televisi kurang menggambarkan sesuatu yang dapat diteladani oleh anak-anak, sebut saja acara Ganteng Ganteng Srigala, Manusia Harimau, Superboy, Bastian Steel, Cakep Cakep Sakti dan masih banyak yang lainnya, yang secara kontennya menurut kami tidak mencerminkan nilai-nilai moral dan edukasi. Sayangnya, rata-rata tayangan televisi zaman sekarang adalah acara-acara seperti ini, sehingga anak-anak tidak lagi mendapatkan sesuatu yang seharusnya mereka dapatkan. Misalkan saja, banyak-anak-anak yang menerapkan apa yang mereka lihat di televisi, seperti tragedi di Bukit Tinggi; seorang anak SD menyiksa temannya sendiri, ada juga kasus anak SD berciuman di dalam kelas.
Hal tersebut memancing kami untuk membuat sebuah karya yang dapat dinikmati oleh anak-anak juga dapat menanamkan nilai-nilai moral serta memberikan edukasi pada mereka. Karya yang akan kami buat adalah sebuah film kartun (animasi) yang kami rancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai-nilai moral dan edukasi. Adapun film kartun (animasi) ini merupakan kumpulan dari banyak foto yang kami ubah menjadi video stop motion.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila terdapat salah pengucapan atau pun kata-kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Terima kasih.
Senin, 23 Juni 2014
EVALUASI PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Evaluasi pendidikan orang dewasa adalah proses menentukan kekuatan atau nilai pekerjaan pendidik atau pembimbing pendidikan orang dewasa. evaluasi adalah suatu cara mengkur hasil kegiatan pendidikan
berdasarkan tingkat formalitasnya, evaluasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu
1. evaluasi informal
2. evaluasi semiformal
3. evaluasi formal.
tujuan dari evaluasi sendiri yaitu :
1. menentukan seberapa besar peserta didik secara individual dan keseluruhan kelas telah mencapai tujua umum yang telah ditetapkan
2. untuk mengukur tingkat perkembangan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam waktu tertentu
3. untuk menentukan efektivitas bahan, metode, dan kegiatan pengajaran
4. untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi peserta didik, instruktur, dan masyarakat
prosedur evaluasi menurut Morgan et al. (1976), terdapat 7 langkah :
1. mengecek dari tujuan
2. memeriksa apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan
3. mengumpulkan bukti
4. menentukan sumber bukti
5. menentukan alat untuk memperoleh bukti
6. menganalisis bukti
7. menggunakan hasil.
berdasarkan tingkat formalitasnya, evaluasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu
1. evaluasi informal
2. evaluasi semiformal
3. evaluasi formal.
tujuan dari evaluasi sendiri yaitu :
1. menentukan seberapa besar peserta didik secara individual dan keseluruhan kelas telah mencapai tujua umum yang telah ditetapkan
2. untuk mengukur tingkat perkembangan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam waktu tertentu
3. untuk menentukan efektivitas bahan, metode, dan kegiatan pengajaran
4. untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi peserta didik, instruktur, dan masyarakat
prosedur evaluasi menurut Morgan et al. (1976), terdapat 7 langkah :
1. mengecek dari tujuan
2. memeriksa apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan
3. mengumpulkan bukti
4. menentukan sumber bukti
5. menentukan alat untuk memperoleh bukti
6. menganalisis bukti
7. menggunakan hasil.
Suprijanto. 2005. Pendidikan Orang Dewasa : Dari Teori Hingga
Aplikasi. Jakarta : PT
Bumi Aksara
METODE KARYAWISATA
Karyawisata adalah media yang
penting dalam pendidikan orang dewasa. Kunjungan ini berupa kunjungan yang
terencana ke suatu tempat di luar kelas atau ketempat perkumpulan organisasi. Karyawisata
biasanya berhubungan dengan kegiatan mengunjungi beberapa tempat yang menarik
dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada kunjungan lapangan.
Adapun tujuan dari karyawisata ini
adalah untuk mengamati situasi, mengamati kegiatan atau praktik, atau membawa
kelompok menemui seseorang atau objek yang tidak dapat dibawa ke kelas selam
jam pelajaran.
Dalam metode karyawisata ini ada
beberapa keuntungan dan kelemahan yang akan kita dapatkan.
Ada beberapa kelebihannya adalah :
1. Kunjungan karyawisata memberi kesempatan untuk mengumpulkan
pengalaman dan informasi baru
2. Benda-benda dapat diamati dalam bentuk aslinya
3. Minat dan ketelitian pengamatan anggota dapat ditumbuhkan
4. Karyawisata memberi kesempatan kepada peserta untuk
menggabungkan sekolah atau kegiatan organisasi dengan kehidupan masyrakat, dll.
Dan kelemahannya adalah :
1. Tidak cocok untuk beberapa bidang permasalahan
2. Mahal ( waktu, uang dan tenaga ), jika karwyawisatanya jauh
3. Memerlukan banyak persiapan
4. Melibatkan orang lain.
Suprijanto. 2005. Pendidikan
Orang Dewasa : Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : PT Bumi Aksara
METODE DEMONSTRASI
Metode Demonstrasi dapat berhasil jika
digunakan dalam pengajaran manipulative dan ketrampilan, pengembangan
pengertian, untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-pratik baru,
untuk memperkuat penerimaan terhadap sesuatu yang baru, dan memperbaiki
cara melakukan sesuatu.
Jenis Metode Demonstrasi
Jenis Metode Demonstrasi
Secara umum ada dua jenis metode demonstrasi, yaitu:
1. Metode Demonstasi Cara. Demonstrasi ini menunjukkan bagaimana mengerjakan sesuatu. Bahan-bahan yang digunakan dalam perkerjaan yang sedang diajarkan., memeprlihatkan, serta menjelaskan setiap langkah pengerjaannya juga diperlihatkan dalam metode ini. Metode ini biasanya dapat diselesaikan dalam waktu yang relative singkat dan tidak memerlukan banyak biaya.
2. Metode Demonstrasi Hasil. Metode ini dimaksudkan untuk menunjukkan hasul dari bebarapa praktik dengan menggnakan bukti-bukti yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan.Keuntungan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi
1. Keuntungan Metode Demonstrasi
Morgan, (1976) ; Flores, Bueno dan Lapastora, (1984), menyatakan ada beberapa keuntungan metode demonstrasi yaitu:
a. Demostrasi menarik dan menahan perhatian.
b. Demonstrasi menghadirkan subjek dengan cara yang mudah dipaham.
c. Menyakinkan hal-hal yang meraguakan apakah dapat atau tidak dapat dikerjakan.
d. Dalam metode ini memiliki objek yang nyata.
e. Metode ini menunjukkan penlaksaan ilmu pengetahuan dengan contoh.
f. Mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya.
g. Membantu mengembangkan kepemimpinan lokal.
h. Memberikan bukti bagi praktik yang diajurkan.
2. Keterbatasan Metode Demontrasi
Ada beberapa keterbatasan metode demonstrasi antara lain:a. Metode ini tidak muda dilaksanakan.(b). Terbatas hanya untuk jenis pengajaran tertentu.(c). Hasil memerlukan waktu yang banyak dan agar mahal.(d). Memerlukan persiapan awal.(e). Memerlukan persiapan awal.(f). Dapat terpengaruh oleh cuaca.(g). Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil.
Langkah-langkah Metode Demonstrasi Cara
Menurut Morgan (1976), Kang & Song (1984), dan Flores, Bueno & Lapastora (1983) ada beberapa langkah yaitu:1. Merencanakan demonstrasi cara 2. Mempersiapkan demonstrator 3. Mempersiapkan pengamat. 4. Melakukan demonstrasi cara 5. Menganalisis hasil
Tahap Demonstrasi Hasil
Ada bebarapa tahap dalam metode ini, yaitu:
1. Merencanakan demonstrasi hasil
2. Mempersiapkan demonstrasi
3. Melaksanakan demonstrasi hasil
4. Mempergunakan hasil
Sumber : Suprijanto,2007. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta : Bumi Aksara
METODE PELATIHAN
Fatimah Lubis (10-050)
Nanda Lukita (10-105)
Cynthia Halim (11-044)
Aisyah Huwaida (11-065)
Ahlak Kazimi (12-103)
Disamping itu, terdapat enam langkah dalam perencanaan pelatihan, yaitu :
Nanda Lukita (10-105)
Cynthia Halim (11-044)
Aisyah Huwaida (11-065)
Ahlak Kazimi (12-103)
Pelatihan
adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa atau dalam suatu
pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan mengubah sikap peserta dengan cara yang spesifik.
Pengetahuan tentang jenis pelatihan dan bagaimana merancang suatu
pelatihan ini sangat penting, agar pelatihan yang dilaksanakan dengan
efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Persiapan Pelatihan
Mengamati
situasi di perusahaan atau di rumah merupakan hal yang penting, yaitu
untuk menentukan masalah yang perlu pemecahan. Identifikasi masalah
biasanya merupakan langkah pertama menuju pemecahan masalah.
Manfaat Pelatihan
Tidak
ada bisnis atau industri yang mengizinkan semua pimpinan menyerahkan
semua kegiatan pada keputusan kelompok. Demikian juga, tidak ada bisnis
atau industri dapat berjalan dengan kediktatoran secara penuh dari atas
ke bawah. Diharapkan bahwa pelatihan kepekaan akan membantu kelompok
dalam mengenal bagaimana melakukan kompromi yang menyenangkan di antara
kedua ekstrem trbt.
Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pelatihan.
Pada setiap perencanaan selalu ada unsur-unsur :
1. Siapa ?
2. Apa ?
3. Di mana ?
5. Bagaimana ?
Kapan
(Kertasapoetra, 1994, Ibrahim, 2003, Proyek Deliveri, 2000b). sejalan
dengan itu, dalam perencanaan pelatihan pun terdapat unsur-unsur trsbt.
Seperti dikemukakan oleh (Lunandi, 1982), unsure-unsur perencanaan
pelatihan antara lain sbg berikut,
1. Siapa yang akan dipilih ?
2. Apa yang akan mereka pelajari ?
3. Siapa yang akan menyampaikan pelajaran ?
4. Dengan cara bagaimana mereka akan dilatih ?
5. Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi ?
Dalam
pelatihan kepekaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni
kelompok- T, persiapan, manfaat, dan peringatan bagi perencana pelatihan
kepekaan. Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan dalam pelatihan
kepemimpinan adalah penentuan tujuan pelatihan yang tepat. Selanjutnya,
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelatihan kerja adalah definisi,
asumsi, dan rasional dasar, desain pelatihan, serta evaluasi.
Ada 5 pertanyaan yang perlu di jawab dalam perencanaan pelatihan :
1. Siapa yang akan dilatih ?
2. Apa yang akan mereka pelajari?
3. Siapa yang akan menyampaikan pelajaran ?
4. Dengan cara bagaimana mereka yang akan dilatih ? dan
5. Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi ?
Disamping itu, terdapat enam langkah dalam perencanaan pelatihan, yaitu :
1. Menentukan kebutuhan
2. Menentukan sasaran
3. Merencanakan sumber
4. Mengenal hambatan
5. Menentukan alternative
6. Melakukan seleksi
Dalam
melaksanakan pelatihan, di samping materi pelatiahan dan pembimbing,
hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah pengaturan ruangan, antara
lain :
1. Ruangan untuk diskusi panel
2. Ruangan khusus untuk diskusi kelompok kecil
3. Penerangan dan stop kontak untuk menggunakan alat-alat bantu
4. Fentilasi
5 Kebersihan ruangan
6. Ketenangan
7. Kursi untuk para peserta
Kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai bahwa sampah seharusnya dikurangi, maka
dari itu kelompok mengangkat tema pelatihan yakni pelestarian lingkungan
dengan recycle sumpit menjadi alas makan.
Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah kelompok mengharapkan Masyarakat lebih peka dengan lingkungan dan bertambah pengetahuannya untuk melestarikan lingkungan.
Peserta/ Sasaran ketika Pelatihan :
A. Teman-teman dikelas Andragogi
Target perubahan (Perubahan perilaku yang diharapkan) :
1. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan
2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat untuk sadar lingkungan dengan 3R
INI HASIL MASING-MASING KELOMPOK KETIKA MEMBUAT RECYCLESUMPIT MENJADI ALAS PIRING MAKAN :
Alat yang digunakan :
1. Sumpit
2. Lem UHU
3. Cat warna
4. Pernis ( pengkilat )
Prosedur pelaksanaan :
1. Menggumpulkan
sumpit bekas yang telah dicuci lalu sumpit direndam dengan pewangi agar
sumpit tidak meninggalkan bau dari makanan, setelah bau sumpit hilang
sumpit tersebut dijemur, setelah sumpit tersebut kering dan wangi,
sumpit tersebut diberi pewarna dari cat lalu setelah warna merata di
bagian badan sumpit, sumpit tersebut di jemur kembali agar warnanya
menempel dengan bagus.
2. Susun
sumpit menjadi dua dan di rekat dengan lem. Setelah terkumpul sususan
sumpit yang berjumlah dua, kita susun sumpit tersebut menjadi tidak
sejajar diretkan dengan lem. Buat sepanjang yang kita inginkan.
Senin, 14 April 2014
Laporan Perancangan Metode Pelatihan
TUGAS KELOMPOK 4 :
A.
LATAR
BELAKANG
Melestarikan lingkungan
untuk hidup harmonis dengan alam. Demi mempromosikan pengurangan limbah dan
memotivasi daur ulang tanpa memandang usia dan status sosial dan tanpa takut
kotoran. Masalah dari perubahan lingkungan berdampak
langsung dengan perilaku manusia, diantara masalah-masalah itu adalah
masalah-masalah yang yang dihadapi baik sebagai individu, sebagai bangsa maupun
sebagai spesies.
Belakangan ini, begitu
banyak orang yang tidak peduli dan tidak sadar dengan lingkungannya, terlihat
dari banyak sekali sampah yang
berserakan dan dibuang sembarangan, serta pemakaian bahan plastik atau bahan-bahan
yang susah untuk diurai yang dapat menyebabkan global warming. Masyarakat begitu tidak peduli dengan apa yang akan
trejadi jika mereka berbuat seperti itu, mereka tidak mementingkan bagaimana
anak cucu mereka bisa hidup dengan keadaan lingkungan yang semakin hari semakin
buruk. Padahal, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi global warming. Pelestarian lingkungan
yang terkenal adalah prinsip 3R, Reduce
(mengurangi penggunaan barang yang tidak diperlukan), Reuse (menggunakan
kembali barang yang masih bisa digunakan), dan apabila kedua langkah tidak lagi
bisa dilakukan barulah melakukan Recycle
(daur ulang). Recyle membuat bahan atau benda yang susah diurai
menjadi benda yang kembali berfungsi dan dapat digunakan kembali dalam kegiatan
kita sehari-hari contohnya sumpit yang akan di daur ulang menjadi sebuah alas
makan, bahan yang telah di daur ulang juga dapat menjadi salah satu sumber
penghasilan ketika barang tersebut bisa terjual. Untuk recycle barang bekas juga tidak
sulit hanya saja butuh kesadaran mengenai pentingnya kesejahteraan lingkungan
dan meluangkan sedikit waktu dan energy untuk membuatnya.
Kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai bahwa sampah seharusnya dikurangi, maka dari itu kelompok
mengangkat tema pelatihan yakni pelestarian lingkungan dengan recycle sumpit
menjadi alas makan.
Pelatihan sosialisasi merupakan penyampaian informasi dengan melipatgandakan
pihak-pihak penerima pesan (receiver) yang dalam hal ini adalah publik,
dimana publik yang terdiri dari banyak individu yang memiliki skala
intelektualitas yang berbeda. Sebagai contoh, seseorang yang
berpendidikan sekolah dasar dengan universitas tentu saja berbeda dalam
menanggapi sosialisasi tentang informasi tertentu. Kegiatan sosialisasi
merupakan proses komunikasi yang sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu
komunikasi, yang menurut William G Scoot dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor,
yaitu :
a. The Act (Perbuatan)
b. The Scene (Adegan)
c. The Agent (Pelaku)
d. The Agency (Perantara)
e.
The
Purpose (Tujuan)
B.
TUJUAN
Adapun tujuan dari
pelatihan ini adalah kelompok mengharapkan Masyarakat lebih peka dengan lingkungan dan bertambah
pengetahuannya untuk melestarikan lingkungan.
C.
PESERTA
PELATIHAN
Peserta/
Sasaran
ketika Pelatihan :
1. Teman-teman
dikelas Andragogi
D.
TARGET
Target
perubahan (Perubahan perilaku yang diharapkan) :
2. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan
3.
Meningkatnya
pengetahuan masyarakat untuk sadar lingkungan dengan 3R.
E. ALAT & BAHAN
Alat
yang digunakan :
1. Sumpit
2. Lem
UHU
3. Cat
warna
4. Pernis
( pengkilat )
F.
PROSEDUR
PELAKSANAAN
Prosedur
pelaksanaan :
1. Menggumpulkan
sumpit bekas yang telah dicuci lalu sumpit direndam dengan pewangi agar sumpit
tidak meninggalkan bau dari makanan, setelah bau sumpit hilang sumpit tersebut
dijemur, setelah sumpit tersebut kering dan wangi, sumpit tersebut diberi
pewarna dari cat lalu setelah warna merata di bagian badan sumpit, sumpit
tersebut di jemur kembali agar warnanya menempel dengan bagus.
2. Susun
sumpit menjadi dua dan di rekat dengan lem. Setelah terkumpul sususan sumpit
yang berjumlah dua, kita susun sumpit tersebut menjadi tidak sejajar diretkan dengan lem. Buat sepanjang yang kita
inginkan.
Langganan:
Postingan (Atom)